Selasa, 19 Desember 2017

Dampak Negatif jika Evan Dimas Putus Kontrak Sepihak dengan Selangor


JAKARTA - Perpindahan Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn ke Liga Malaysia masih menjadi polemik. Ketua Umum PSSI,Edy Rahmayadi, mempertanyakan motivasi keduanya dengan bermain di negara tetangga.

Perwakilan Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn, Muly Munial, menumpahkan keluh-kesah terkait kliennya yang terancam gagal berkarier di Malaysia bersama Selangor FA.

Sebelumnya, Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn resmi meneken kontrak berdurasi semusim dengan Selangor FA pada Sabtu (2/12/2017).

Polemik terjadi saat Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, mempertanyakan motivasi Evan dan Ilham hijrah ke klub Malaysia.

Edy menganggap tawaran gaji tinggi di Negeri Jiran membuat seseorang bisa menggadaikan nasionalismenya.

Selain itu, Ketua Umum PSSI enggan permainan Evan dan Ilham tidak terbaca oleh pemain-pemain asal Malaysia yang bersatus pemain timnas.

Maklum, kedua pemain tersebut merupakan pilar penting timnas U-23 Indonesia demi target lolos ke semifinal Asian Games 2018.

Di sisi lain, Muly Munial mengungkapkan perkara yang bakal menimpa Evan dan Ilham andaikan terjadi pemutusan kontrak secara sepihak dengan Selangor.

Tidak hanya itu, secara jangka panjang, sepak bola Indonesia kesuluruhan bakal terkena dampaknya.

Apa saja kerugian yang bisa dialami Evan Dimas dan Ilham Udin andai terjadi pemutusan kontrak dengan pihak Selangor FA.

1. Mencemarkan nama pemain Indonesia

Selangor FA menjadi tim asal Malaysia yang terbilang "ketagihan" mengontrak pemain asal Indonesia.

Nama-nama seperti Ristomoyo, Elie Aiboy, Bambang Pamungkas, hingga Andik Vermansah menjadi pilar penting tim berjulukan Gergasi Merah tersebut.

Andai ada pemutusan kontrak secara sepihak, boleh jadi Selangor FA, klub-klub lain di Malaysia, atau klub-klub luar negeri lain kapok berurusan dengan klub Indonesia.

2. Tuntutan pihak Selangor FA

Jika terjadi pemutusan sepihak tanpa kesepakatan tertentu, Evan dan Ilham bisa jadi dianggap melanggar kontrak.

Dengan begitu, tidak hanya rugi materi, Evan dan Ilham dipastikan terganggu dalam hal psikologis.

Hal itu tentu akan lebih merugikan untuk timnas U-23 Indonesia yang bakal berkiprah di Asian Games 2018.

3. Tidak punya pengalaman kompetitif di luar negeri


Evan memang sempat beberapa kali mengikuti latihan di sejumlah klub di Spanyol. Namun, bukan di level kompetitif dan hanya dalam hitungan bulan.

Di Malaysia, Evan dan Ilham ditempa di luar zona nyaman dengan waktu yang reguler.

Selain itu, pelatih timnas U-23, Luis Milla, menganggap pemainnya yang bermain di luar negeri adalah sebuah penghargaan bagi pemain itu sendiri.

4. Ketakutan pemain pada masa depan


Polemik perpindahan Evan dan Ilham ke Selangor FA bukan tidak mungkin membuat pemain lain segan membuat keputusan serupa.

Dengan begitu, para pemain Indonesia menjadi terkungkung dan gagal mendapatkan khazanah plus sudut pandang baru dengan mencoba keluar dari zona nyamannya.

5. Memutus rezeki dan mata pencaharian pemain


Evan dan Ilham kemungkinan besar memang mendapatkan kenaikan nilai kontrak ketimbang di Indonesia. Meski begitu, untuk pemain seusia mereka, nominal uang tampaknya bukan alasan utama.

Lagipula, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 melindungi dan menjamin hak setiap warga negaranya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 Ayat 2).

Konstitusi dasar Republik Indonesia itu juga menjamin hak untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas hidup (Pasal 28C Ayat 1).

6. Melanggar aturan FIFA


Intervensi yang dilakukan federasi bisa jadi terendus FIFA. Induk sepak bola dunia tersebut bakal melakukan tindakan yang mungkin merugikan sepak bola Indonesia.

0 comments:

Posting Komentar